Masa Masa SMP
Masa
Masa SMP
Kegalauan melandaku
seusai ujian akhir SD. Ayahku menginginkan aku untuk masuk
pesantren.Sedangkan aku sangat ingin masuk SMP. Ketika pendaftaran SMP
Negeri dibuka, aku telah didaftarkan oleh kepala sekolah. Padahal aku belum
memberikan jawaban akan melanjutkan kemana.
Di rumah aku memberitahukan kepada
ibu bahwa aku telah didaftarkan ke SMP Negeri.Ketika ayahku pulang, ibu
menyampaikannya kepada ayah.Dan ayahku hanya diam saja.Sesaat kemudian ayah
menanyakan berapa biaya masuk keseluruhannya.Aku menjawab bahwa aku dan
beberapa teman mendapatkan potongan biaya masuk hingga 50%. Kemudian ayah
bilang, ya sudah tak apa, yang penting kamu benar-benar belajar di sana. Ah
bahagianya…
Masa
Orientasi Sekolah
Akhirnya aku resmi diterima di SMP
Negeri favorit di kecamatanku.Ya memang saat itu SMP Negeri baru ada 3 dan yang
dua berada di ujung kecamatan.Sehingga SMP Negeri ini sangat banyak peminatnya.
Memasuki masa orientasi sekolah aku
merasa harap-harap cemas.Mungkin saat itu imajinasi terlalu liar.Merasa
kaget juga ketika tahu bahwa yang diterima sangat banyak.Bertemu berbagai macam
orang, mulai dari yang pendiam hingga yang paling aktif.Ada pula siswa yang
memakai bahasa jawa ngapak. Ah inilah awal aku memasuki
dunia luar. Mengenal berbagai macam karakter walaupun itu hanya
baru se-kecamatan.
Saat masa orientasi aku telah
mengenal beberapa wajah yang dulu ikut lomba Siswa Teladan.Kenalan
dengan banyak orang, namun tetap saja selama masa orientasi aku lebih sering
bersama teman-teman yang dulu satu SD.
Selama masa orientasi ada satu orang
yang begitu menarik perhatianku, ah tidak, bahkan dia menarik perhatian semua
orang.Aku sudah mengenalnya. Dia adalah yang dulu mendapatkan juara
pertama saat lomba Siswa Teladan. Dalam hatiku berkata, dia
memang pantas mendapatkan juara pertama saat lomba itu, karena memang
benar-benar cerdas.Tidak hanya cerdas, dia begitu tak punya malu, ah maksudku
begitu pede.
Ridwan Fadlika namanya, yang kelak
menjadi sahabat dekatku hingga saat ini.Dia orangnya tinggi namun kurus. Selalu
terlihat beda. Tidak hanya dalam berpakaian, tapi juga dalam
bersikap.Bahasanya halus, sopan dan yang paling aku kagumi sejak pertama kenal,
dia tidak pernah mau bersentuhan dengan teman yang bukan mahramnya.
Resmi
Menjadi Siswa SMP
Masa orientasi sekolah benar-benar
melelahkan.Ya itulah masa penyesuaian. Diakhir masa orientasi sekolah, sebelum
pulang, ada pemberitahuan tentang kelas mana yang akan kami tempati. Aku
berharap mendapatkan kelas 71, yang kata para senior itulah kelas favorit,
kelasnya para juara kelas semasa SD. Namun harapan itu pupus ketika pada
kenyataanya aku tidak berada di kelas 71.Bahkan di kelas 72, 73 hingga 75 pun
namaku tidak ada. Kaget ketika aku melihat di daftar kelas terakhir namaku
tertulis di sana. Namun aku tetap optimis, setidaknya aku bisa menjadi juara di
kelas tersebut.
Setelah mengetahui aku berada di
kelas tersebut, aku langsung menuju parkiran sepeda, hendak pulang. Di sana aku
melihat Ridwan yang sedang bersiap-siap pulang pula. Aku iseng menanyakan dia
ditempatkan di kelas yang mana. Aku merasa yakin kalau Ridwan pasti akan berada
di kelas 71, kelasnya para juara. Namun aku sangat kaget ketika Ridwan
mengatakan bahwa dia berada di kelas 76. Hah?! Yang benar saja? Berarti aku
akan satu kelas dengannya? Antara bahagia dan sedikit takut.Bahagia karena
akhirnya aku tahu bahwa kelas 76 adalah kelasnya orang-orang pilihan. Ah,
mungkin lebih tepat kelas percobaan. Dan aku takut, sudah dipastikan aku tak
bisa menjadi juara kelas. Hiks!
Kelasnya
Orang-orang Pilihan
Setelah mengetahui kalau aku satu
kelas dengan Ridwan, membuatku penasaran untuk mencari tahu siapa saja
yang akan menjadi teman satu kelasku yang lainnya. Aku kembali ke tempat
pengumuman untuk melihat daftar nama penghuni kelas 76. Betapa tercengangnya aku
ketika melihat penghuni kelas 76 banyak yang aku kenal.
Hari pertama masuk sekolah, aku
mulai berkenalan dengan teman-teman satu kelas.Dari semua teman, ada satu
yang membuatku terpesona. Ah namanya juga anak SMP, asal melihat yang
sedikit berbeda saja langsung suka. Tapi ya sebatas suka saja.Tidak pernah
bilang ke siapapun.
Kelas kami memiliki wali kelas yang
begitu perhatian.Baik banget pokoknya.Beliau mengajar pelajaran
matematika. Ada sebuah mitos kalau matematika merupakan
pelajaran yang sulit.Namun mitos tersebut dapat dipatahkan jika beliau
yang mengajarnya.
Kelas kami selalu dijadikan contoh
oleh guru-guru ketika mengajar di kelas yang lain. Sehingga sering kali
mendengar banyak siswa di kelas lain iri kepada kami karena merasa kami
dianak-emaskan. Tapi faktanya memang seperti itu. Namun bukan berarti
kelas 76 sempurna. Kelas kami selalu jadi bahan ejekan ketika pelajaran
olahraga atau pun ketika ada turnamen antar kelas (bidang olahraga).
Diakhir tahun ajaran, kami semua
naik kelas.Namun ketika kelas 8, kami dipisahkan. Dan di kelas 8 dari
81 hingga 86, juaranya merupakan dari kelas 76.
Komentar
Posting Komentar